BERBAHASA YANG BAIK BENAR DAN SANTUN DALAM BERBAGAI KONTEKS
Berbahasa yang baik, benar, dan santun adalah suatu cara yang bisa kita lakukan dalam memanusiakan manusia. Dengan menggunakan bahasa yang santun, berarti kita sudah melakukan hal baik dan bena, yakni berpikir lebih dahulu kata atau diksi apa yang ingin kita gunakan dalam berkomunikasi. Karena semua manusia pasti tidak ada yang ingin merasa dicaci, dihina atau diperlakukan tidak baik melalui kata-kata.
Sering dijumpai di lingkungan sekitar, terlebih di lingkungan pendidikan, poster-poster yang menerangkan terkait 5S. 5S adalah senyum sapa salam sopan dan santun. Ini adalah salah satu slogan yang bisa menjadi pegangan kita dalam berkomunikasi dengan orang lain. Yang pertama, dengan tersenyum tentu lawan tutur kita pasti ikut merasakan senang atau perasaaan bahwa obrolan yang akan kita bangun bersifat positif. Kedua, sapa dan salam. Sebelum melakukan sebuah komunikasi alangkah baiknya jika kita memulainya dengan sapa dan salam singkat, ini bermaksud sebagai pembuka dari obrolan yang akan kita bangun, jadi tidak terkesan langsung to do point. Ketiga, sopan dan santun. Ini berkaitan erat dengan diri kita dalam hal menyampaikan maksud, ide gagasan atau bahkan pendapat. Dimana kita memikirkan cara penyampaian kita agar terlihat sopan, serta pemilihan diksi yang akan digunakan agar termasuk kategori santun. Sebenarnya, semakin langsung obrolan yang terjadi maka semakin tidak santunlah penyampaiannya, dan sebaliknya semakin tidak langsung obrolan maka semakin santunlah penyampaiannya. Ini dikarenakan, jika kita menyampaikan secara langsung, maka kita waktu kita dalam memikirkan atau memilih diksi apa yang tepat digunakan akan sangat terbatas.
Selanjutnya, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar kita mampu berbahasa yang baik, benar, dan santun dalam berbagai konteks. Yang pertama tentu dengan meilhat siapa lawan tutur bahasa kita, sebenarnya ini lebih ke darimana dia berasal (bukan dalam artian suku/asal, melainkan lebih ke lingkungannya) karena orang yang berasal dari lingkungan pendidikan tentu akan berbeda dengan orang yang berasal dari masyarakat. Kedua, ada media yang kita gunakan. Seperti yang sudah saya singgung tadi, semakin langsung sebuah obrolan maka semakin tidak santunlah penyampaiannya, dan sebaliknya. Ketiga, kesantunan. Kita dituntut untuk bisa merasakan kesanturnan dari sebuah percakapan. Ini bermaksud agar kita bisa mengira-ngira apakah kalimat yang akan kita ucapkan sudah tepat, dan bagaimana jika kita yang mendapatkan kalimat tersebut. Selanjutnya ada koteks dan konteks, ini adalah hal yang penting karena kita harus paham betul konteks apa yang akan kita angkat dalam sebuah obrolan, dan kita juga tidak bisa menggabungkan dua konteks sekaligus. Dan yang terakhir ada dampak. Ini bermaksud bahwa setiap hal yang kita utarakan tentu memiliki dampak, entah itu dampak positif maupun negatif. Oleh karena itu kita harus mengusahakan obrolan yang akan kita bangun memiliki output positif, karena tak sedikit kasus yang beredar menyatakan seseorang bertindak kriminal akibat mendapat ujaran yang menyakiti hatinya.
Terakhir, dengan menerapkan berbahasa yang baik, benar, dan santun berarti kita memiliki hati yang bersih dan jernih serta kecerdasan secara psikologis. Selain itu kita juga sudah menerapkan aspek keteladanan karakter. Dengan berbahasa yang baik, benar, dan santun kita juga sudah turut melestarikan bahasa indonesia yang merupakan jati diri bangsa kita.
Komentar
Posting Komentar